Fate / after zero - bagian 1



Lima tahun setelah perang Holly Grail ke-4 berakhir. Aku mendapat misi dari kakek untuk mencari Emiya Kiritsugu dan mengambil kembali avalon.

Emiya Kiritsugu adalah orang yang diberi mandat oleh keluarga Einzbern untuk mewakili mereka dalam perang Holly Grail ke-4 namun pada akhirnya Kiritsugu mengkhianati Einzbern dengan mencoba menghancurkan Cawan.

Kastil Einzbern – Jerman

Di ruangan itu, Aku duduk di hadapan kakek tua berambut putih yang tampak masih terlihat berwibawa. Dengan hormat aku mendengarkan setiap perkataannya.

“Aku tahu kemampuanmu masih belum cukup untuk menjadi seorang master. Jika kau masih ingin menjadi penerus sah dari keluarga Einzbern aku ingin kau membuktikan kepadaku. Bunuh Emiya Kiritsugu dan bawa kembali Avalon ke hadapanku”

Kata Kakek tua itu menatap ke bawah dengan serius. Tidak ada yang tahu pati berapa umur Kakek itu. Dia, Jubstacheit von Einzbern sudah menjadi kepala keluarga Einzbern sejak ritual pemanggilan Cawan Suci yang pertama sekitar dua ribu tahun yang lalu.

Tidak ada anggota keluarga yang berani menentangnya, begitu juga denganku. Tentu saja aku hanya bisa menerima segala perintahnya, meskipun aku tidak menyukainya.

“Baik Kakek”

Selama ini aku telah berusaha menjadi semakin kuat, namun enam tahun yang sudah kuhabiskan di asosiasi sihir ternyata masih belum cukup di mata Kakek itu. Jadi, satu-satunya kesempatanku untuk membuktikan perkembanganku adalah dengan menyelesaikan misi membunuh Kiritsugu, orang yang sudah menghianati keluarga ini.

Aku tidak tahu alasan kenapa Kiritsugu menghianati kami lima tahun yang lalu. Tapi sejak aku mengetahui bahwa Kiritsugu berhianat, Aku sudah tidak percaya lagi kepadanya dan Aku pun sangat membencinya.

Itulah alasan kenapa saat ini Aku sangat senang, karena Aku telah mendapat kesempatan lain untuk bisa membunuhnya.

Saat aku berjalan ke luar dari ruangan itu, di balik pintu tampak Ilya yang berdiri di tengah jalan.

“Kenapa kamu ada di sini, Ilya?”

“Rhizzky nii-san, apa kau mau pergi?”

“Iya, ada misi penting yang harus aku kerjakan”

“Apa kau akan kembali?”

“Tentu saja” kataku sambil tersenyum “Dah..” aku melambaikan tangan kananku sambil berjalan pergi.

Setelah itu aku pergi sendiri ke kota Fuyuki-Jepang untuk menyelidiki tempat tinggal Kiritsugu.

Kastil Einzbern - Jepang

Selama tiga hari, aku tinggal di sebuah kastil milik keluarga Einzbern yang bertempat di tengah hutan di luar kota Fuyuki. Sejak lima tahun yang lalu kastil ini sudah ditinggalkan, sehingga saat ini hanya aku sendiri yang ada di sini. Orang terakhir yang menempati kastil ini adalah Kiritsugu dan Irisviel, itu pun sudah lima tahun yang lalu dan mereka tidak pernah kembali lagi ke sini.

Jika disuruh untuk menggambarkan bagaimana keadaan kastil ini sekarang, maka aku sangat yakin kalau kastil ini lebih mirip rumah hantu. Pintu depan yang hancur menyisakan lubang besar di tembok, beberapa lubang di tembok lorong bekas peluru yang ditembakkan, dan beberapa kaca di lantai dua pecah, kondisi itu semakin mendukung pernyataanku, apalagi pada waktu malam hari seperti ini.

Aku membayangkan bagaimana suasana kastil ini lima tahun yang lalu ketika mereka menjadikan tempat ini sebagai medan pertempuran.

Sambil memikirkan hal itu aku duduk di kursi menikmati teh panas yang aku buat sendiri.

Sebuah telefon genggam yang kuletakkan di meja depanku tiba-tiba berdering, lalu aku mengangkatnya.

“Rhizzky-san aku memiliki berita” kata sebuah suara di telfon.

“Apa kau sudah dapat info tentang Kiritsugu?”

“Iya, target sekarang tinggal di sebuah rumah yang cukup luas bersama dengan seorang anak bernama Emiya Shirou”

“Emiya Shirou?”

Aku memandang sebuah mesin Fax yang ada di ujung meja dekat dengan komputer. Semua barang-barang ini aku bawa dari Jerman.

Kebanyakan penyihir sangat jarang menggunakan alat elektronik modern seperti ini. Namun tidak denganku, aku lebih suka dengan barang-barang ini yang lebih mempermudahkanku dalam mencari informasi. Jika mereka menyebutku orang yang tidak memiliki harga diri seorang penyihir, maka aku tidak peduli.

 Mesin itu mulai mencetak sebuah foto seorang anak laki-laki yang terlihat beberapa tahun lebih muda dariku, dan data-data lainnya tentang penyelidikan yang dilakukan oleh mata-mata yang aku kirim untuk menyelidiki keberadaan Kiritsugu.

“Iya, dia adalah anak angkat Emiya Kiritsugu”

“...”

“Sekarang kondisi Kiritsugu dalam keadaan sangat lemah. Dia tidak dapat bergerak dan hanya tidur di kamarnya. Setiap hari salah satu dari dua orang perempuan datang ke rumah itu lalu pergi, dia Fujimura Taiga, orang yang dulunya menjadi pemilik rumah”

“Sepertinya itu bukan masalah, lalu siapa perempuan yang satunya?”

“Matou Sakura, dia hanya datang setiap pagi dan keluar bersama Shirou untuk berangkat sekolah”

“Tunggu, kau bilang Matou?”

Matou adalah salah satu keluarga yang ikut memanggil Cawan Suci bersama dengan Einzbern dan Tohsaka. Seharusnya keluarga Matou menjadi musuh Einzbern, begitu juga Kiritsugu sebagai seorang master yang ikut serta di perang cawan suci lima tahun yang lalu mewakili keluarga Einzbern.

“Iya, aku pastikan hal itu. Apakah anda tertarik dengan gadis itu? Aku akan mengirimkan berkasnya kepada anda”

Lalu mesin Fax mulai bersuara lagi dan mencetak sebuah foto seorang perempuan berwajah polos dengan rambut berwarna ungu panjang.

Aku menatap foto itu dengan rasa curiga.

“Selidiki gadis bernama Sakura itu! Dari sini, Aku akan urus Kiritsugu”

“Baik..”

lalu telfon itu terputus ‘bip’

Pagi hari, saat aku tahu di dalam rumah yang luas itu hanya ada Kiritsugu seorang, aku pun menyelinap ke dalam rumah itu. Diam-diam aku berjalan di lorong lalu masuk ke dalam rumah secara perlahan. Anehnya tidak ada reaksi apapun dari Kiritsugu. Berarti informasi itu benar, tentang Kiritsugu yang tidak bisa bergerak dan hanya berbaring di kamarnya. Padahal seharusnya dia langsung bereaksi jika ada penyusup sepertiku ini.

Ini adalah kesempatan yang bagus menurutku. Jika aku harus membunuhnya sekarang, itu bukanlah hal sulit.

Langkah kaki ku membuat lantai kayu rumah berderit, meskipun begitu aku melangkah dengan tenang berjalan menuju sebuah kamar di samping ruang tv. Dengan perlahan aku menggeser pintu kamar yang tipis itu. Aku melihat seseorang yang terbaring lemah di kasur dengan selimut yang menutupu badannya. 

Saat Aku berjalan mendekatinya, wajahnya sudah tidak asing lagi bagiku. Dia adalah orang yang kukenal, Emiya Kiritsugu.

“Kiritsugu-san”

“Einz..bern”

kiritsugu menatapku dengan sorotan mata yang lemah. Saat itu juga aku menyadari bahwa kondisi Kiritdugu lebih buruk dari yang kubayangkan sebelumnya. Memang aku sudah mendapat informasi tentang hal ini tapi tidak kusangka, bukan hanya kondisi fisiknya saja yang melemah, mentalnya pun juga telah hancur.

“Keadaanmu tampak buruk Kiritsugu-san”

melihat keadaan Kiritsugu seperti ini, Aku menjadi agak kecewa. Mungkin karena aku tidak memiliki kesempatan untuk bertarung dengannya

“apa kau mengingatku?”

“Aku sudah lama menunggu kedatanganmu Rizz” kata kiritsugu dengan suara yang pelan dan lemah.

“Kau menungguku? Sepertinya kau sudah tahu alasan kedatanganku kesini” kataku tersenyum tipis.

Melihat ruangan yang cukup luas dengan sedikit properti ini aku menjadi ingin berjalan ke sebuah meja yang ada di ujung ruangan itu.

Saat aku sibuk melihat-lihat sebuah foto keluarga yang diletakkan di meja, Kiritsugu mulai bicara.

“Jika kau ingin membunuhku cepat lakukanlah, ini kesempatan bagus untukmu karena aku sekarang tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain berbaring di sini”

“Apa kau serius?”

“..........”

“Aku menjadi tidak tertarik untuk melakukannya. Memang aku datang ke Jepang pada awalnya karena disuruh kakek tua itu untuk membunuhmu. Meskipun Aku sangat ingin membunuhmu. Tapi, setelah melihat keadaanmu seperti ini aku menjadi berubah pikiran” setelah beberapa detik diam aku pun melanjutkan “kenapa kau mengkhianati kami ? apa alasanmu menghancurkan Holy Grail lima tahun yang lalu?”

Aku membalikkan badan menunggu jawaban dari Kiritsugu, namun kiritsugu tetap diam. Lalu akupun berbicara lagi.

“Bukankah kau ingin mendapatkan Holy Grail untuk menyelamatkan dunia, tapi kenapa kau malah menghancurkannya?”

“Holly Grail bukanlah sebuah benda yang pantas untuk diperjuangkan” kali ini suara kiritsugu sedikit lebih keras namun matanya masih menatap lemah ke atas.

“Apa maksudmu?”

“Lima tahun yang lalu, aku pikir aku telah memenangkan perang dan mendapatkan Cawan itu. Namun kenyataannya tidak seperti yang aku harapkan. Rumor bahwa Holy Grail akan mengabulkan permintaan seorang master yang berhasil memenangkan perang tidak sesederhana kenyataannya”

Meskipun aku mendengarkan penjelasan Kiritsugu, aku masih belum bisa mengerti apa maksud dari perkataannya itu. Dengan sabar aku memilih untuk mendengarkan penjelasannya sampai selesai.

“Cawan itu mengatakan sesuatu kepadaku bahwa, untuk menyelamatkan dunia maka dibutuhkan pengorbanan yang sama besar”

“Pengorbanan besar?”

“Iya, Cawan itu merupakan perwujudan dari Angra Mainyu, sebuah kutukan yang terbentuk dari kedengkian umat manusia. Jadi bagaimana menurutmu?”

“.............”

“Cawan itu hanya menginginkan kehancuran umat manusia, tanpa memperdulikan permohonanku”

Penjelasan yang mengejutkan, itulah alasan dari seorang mantan pembunuh bayaran yang selama ini ingin kuketahui.

Emiya Kiritsugu, tatapannya yang dingin saat menjadi seorang pembunuh kini digantikan oleh tatapan putus asa yang menyedihkan.

“Jadi begitu, setelah menolak cawan itu kau mencoba menghancurkannya?”

“Iya, karena itu aku mendapat kutukan Angra Mainyu dan menjadi seperti ini”

Seseorang yang menjadi idolaku waktu kecil karena memiliki keyakinan yang kuat dan kemampuan bertarung yang luar biasa tanpa memikirkan harga diri seorang penyihir kini telah hancur.

Di dalam diri Kiritsugu hanya tersisa penyesalan. Kiritsugu sudah mengorbankan segalanya demi sebuah mimpi yaitu, menyelamatkan dunia. Tapi satu-satunya harapan yang dia punya (Holy Grail) telah membuatnya kecewa.

Aku menjadi mengeri alasan kenapa Kiritsugu menghianati kami.

Karena Kiritsugu tidak dapat kembali lagi ke Kastil Einzbern, dia tidak punya kesempatan untuk menjelaskannya kepada kami.

Meskipun ada beberapa hal yang masih belum bisa kupercaya, setelah mendengar alasan yang tidak terduga itu aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Suasana ruangan itu kembali menjadi sepi. Hingga aku teringat tentang misiku untuk membawa kembali Avalon.

Kemudian aku berjalan mendekati Kiritsugu dan duduk di sampingnya.

“Bagaimana keadaan Ilya?” kata Kiritsugu tiba-tiba bertanya kepadaku.

 “Ilya baik-baik saja, sekarang dia sudah berkembang menjadi penyihir yang hebat. Setelah perang Holy Grail berakhir, keluarga kami melatihnya dengan keras. Aku pun terkadang juga ikut latihan bersamanya”

“Jadi begitu, syukurlah”

Kata-kata kiritsugu menahan ceritaku selanjutnya, sebuah fakta tentang Ilya yang dipilih oleh Holy Grail untuk menjadi seorang master. Aku tidak bisa mengatakannya kepada Kiritsugu setelah mendengar apa yang diceritakannya.

Jika dia tahu bahwa Ilya telah terpilih untuk mewakili Einzbern pada perang Holy Grail mendatang mungkin dia tidak akan mau memberikan Avalon kepadaku. Maka aku memutuskan untuk merahasiakannya dari Kiritsugu.

“Kiritsugu-san tujuanku yang lain datang ke sini adalah untuk meminta kembali Avalon yang kau bawa”

“Aku sudah tidak lagi memiliki benda yang kau cari”

“Apa maksudmu, bukankah kakek memberikannya kepadamu untuk memanggil servant”

“Itu benar, tapi sekarang aku tidak memilikinya”

“Lalu, sekarang Avalon ada dimana?” tanyaku dengan memaksa.

Kiritsugu diam, sepertinya dia tidak mau menjawab pertanyaanku itu.

Semakin lama aku menunggu dia membuka mulut, aku menjadi semakin kehabisan kesabaranku. Aku membutuhkan Avalon demi mendapatkan pengakuan dari kakek tua itu, demi kemenangan einzbern, dan juga demi kemenangan Ilya.

Aku tahu Kiritsugu pasti masih menyimpan Avalon itu karena tidak mungkin harta mulia itu bisa hilang atau dibuang.

“Apa kalian akan menggunakan Avalon untuk memanggil servant?”  Kiritsugu tiba-tiba membuka mulutnya

“........”

“Siapa Master dari Einzbern sekarang? Sepertinya bukan kau”

“Apa pedulimu...” kataku dengan suara keras “Sudahlah Kiritsugu-san, cepat katakan dimana kau menyembunyikan Avalon?”

Kiritsugu terdiam lagi, sepertina dia memang sengaja tidak ingin memberitahuku tentang keberadaan Avalon.

Karena sudah kehabisan kesabaran aku tidak punya pilihan lain selain mengeluarkan sihir pembentukanku berupa tiga ekor burung yang terbang berputar-putar di atas Kiritsugu. Aku pikir dengan mengancamnya, dia akan membuka mulut.

“Jangan paksa aku untuk melakukan hal ini Kiritsugu-san. Cepat katakan dimana kau sembunyikan Avalon?”

“Sebaiknya kau bunuh aku, Jika kau membunuhku aku akan berterimakasih kepadamu karena telah menghilangkan penderitaan ini” Kiritsugu tersenyum tipis.

“Jangan bercanda”

“Aku tidak bercanda, kenapa kau sebegitu kerasnya menginginkan Avalon itu?”

“Itu karena.....”

Tiba-tiba terdengar suara pintu yang bergeser “Aku pulang” kata sebuah suara anak laki-laki.

Mendengar suara itu, aku segera menghilangkan sihirku tadi “cih”  kemudian Aku segera berdiri dan berjalan menuju pintu belakang.

Sesampainya di pintu aku berhenti sebentar “Master yang mewakili Einzbern kali ini adalah Ilyasviel”

Setelah mengatakan itu aku langsung pergi menelinap keluar rumah.

Terdengar suara samar-samar dari arah kamar tadi. “Ayah, ada apa? Kenapa kau menangis?”

Menghiraukan suara itu, aku terus berjalan keluar dari rumah itu.

Misi gagal dan benar-benar kacau. Jika kakek mengetahui hal ini pasti dia sangat kecewa kepadaku. Lebih buruknya mungkin aku bisa di usir dari kastil.

Tidak, mungkin saja kakek tua itu tidak tahu jika aku berbohong, apalagi Kiritsugu tidak memiliki banyak waktu lagi untuk hidup. Aku hanya perlu berpura-pura sudah membunuhnya pikirku. Tapi bagaimana dengan Avalon, aku tidak berhasil mendapatkannya.

Setidaknya menyelesaikan satu misi saja sudah cukup kan. Walupun itu cuma sandiwara.

Tidak sadar aku tersenyum sendiri sambil berjalan.

Seorang laki-laki berambut pirang berjalan berpapasan denganku, tiba-tiba aku merasakan sebuah energi sihir (mana) dalam jumlah yang besar. Aku pun kemudian berhenti dan melihat kembali orang asing itu. Aku cukup yakin jika dia adalah seorang penyihir yang hebat, mungkin jika aku harus berhadapan dengannya suatu hari nanti, aku lebih memilih untuk menyerah karena aku pasti akan kalah.
SHARE

Rizky Abdillah

Hai, Aku adalah seorang Mahasiswa. Saat ini aku sedang menempuh S1 Pendidikan Teknik Elektro di Universitas Negeri Malang. Aku suka membagikan hal-hal yang menurutku menarik kepada teman-teman melalui blog ini. Semoga artikel/informasi yang kutulis dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi teman-teman :D terimakasih sudah berkunjung.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment